PENGEMBANGAN ENERGI LAUT (OCEAN RENEWABLE ENERGY)
DI INDONESIA DALAM BERBAGAI ASPEK

I.  PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Energi memainkan peran penting dalam mencapai sosial, ekonomi, dan lingkungan untuk pembangunan berkelanjutan serta dukungan bagi perekonomian nasional. Penggunaan energi di Indonesia telah meningkat pesat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan populasi. Oleh karena itu energi harus dikelola berdasarkan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan dalam rangka memberikan masukan untuk pengelolaan energi yang baik.
Salah satu potensi laut dan samudra yang belum banyak diketahui masyarakat umum adalah potensi energi laut dan samudra untuk menghasilkan listrik. Negara yang melakukan penelitian dan pengembangan potensi energi laut untuk menghasilkan listrik adalah Inggris, Prancis dan Jepang. Secara umum, potensi energi samudra yang dapat menghasilkan listrik dapat dibagi kedalam 3 jenis potensi energi yaitu energi pasang surut (tidal power), energi gelombang laut (wave energy) dan energi panas laut (ocean thermal energy). Di Indonesia pemanfaatan energi laut belum diterapkan

1.2 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk menganalisis prospek pengembangan energi laut dalam berbagai aspek meliputi kualitas energi, ekonomi,



II.                PEMBAHASAN

2.1   Potensi dan Kondisi Pemanfaatan Energi laut di Indonesia
Indonesia memiliki luas perairan hampir 60% dari luas wilayahnya, pemanfaatan sumber energi terbarukan yang berasal dari lautan sangatlah mungkin dilakukan untuk bisa menggantikan ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. Pemanfaatan energi laut untuk kebutuhan listrik sebenarnya bisa dilakukan melalui 3 cara yakni dengan memanfaatkan gelombang, pasang surut, dan perbedaan suhu lapisan lautnya (Ocean Thermal Energy Conversion atau OTEC). Perbedaan temperatur antara permukaan yang hangat dengan air laut dalam yang dingin dibutuhkan minimal sebesar 25 °C agar dapat dimanfaatkan untuk membangkitkan listrik dengan baik



Gambar 1. Peta Potensi Energi Laut di Indonesia (Purba, 2015)


Pada Gambar 1 terlihat bahwa begitu besarnya potensi energi laut baik dari segi gelombang, arus laut, angin dan pasang surut. Energi pasang surut adalah energi yang dihasilkan dari pergerakan air laut akibat perbedaan pasang surut. Energi gelombang laut adalah energi yang dihasilkan dari pergerakan gelombang laut menuju daratan dan sebaliknya. Sedangkan energi panas laut memanfaatkan perbedaan temperatur air laut di permukaan dan di kedalaman. Meskipun pemanfaatan energi jenis ini di Indonesia masih memerlukan berbagai penelitian mendalam, tetapi secara sederhana dapat dilihat bahwa probabilitas menemukan dan memanfaatkan potensi energi gelombang laut dan energi panas laut lebih besar dari energi pasang surut.  Pada dasarnya pergerakan laut yang menghasilkan gelombang laut terjadi akibat dorongan pergerakan angin. Angin timbul akibat perbedaan tekanan pada 2 titik yang diakibatkan oleh respons pemanasan udara oleh matahari yang berbeda di kedua titik tersebut.

Diketahui bahwa pantai barat Pulau Sumatera bagian selatan dan pantai selatan Pulau Jawa bagian barat berpotensi memiliki energi gelombang laut sekitar 40 kw per m. Kecepatan arus pasang-surut di pantai-pantai perairan Indonesia umumnya kurang dari 1,5 m per detik, kecuali di selat-selat diantara pulau-pulau Bali, Lombok, dan Nusa Tenggara Timur, kecepatannya bisa mencapai 2,5 - 3,4 m per detik. Arus pasang-surut terkuat yang tercatat di Indonesia adalah di Selat antara Pulau Taliabu dan Pulau Mangole di Kepulauan Sula, Propinsi Maluku Utara, dengan  kecepatan 5,0 m per detik. Berbeda dengan energi gelombang laut yang hanya terjadi pada kolom air di lapisan permukaan saja, arus laut bisa terjadi pada lapisan yang lebih dalam. Kelebihan karakter fisik ini memberikan peluang yang lebih optimal dalam pemanfaatan konversi energi listrik. Pada dasarnya, arus laut merupakan gerakan horizontal massa air laut, sehingga arus laut memiliki energi kinetik yang dapat digunakan sebagai tenaga penggerak rotor atau turbin pembangkit listrik. Secara global laut mempunyai sumber energi yang sangat besar yaitu mencapai 2,8 x 1014 (280 Triliun) Watt-jam. Selain itu, arus laut ini juga menarik untuk dikembangkan sebagai pembangkit listrik karena sifatnya yang relatif stabil dan dapat diprediksi karakteristiknya.

2.2  Cara Kerja Pemanfaatan Energi laut
Pada dasarnya prinsip kerja teknologi yang mengkonversi energi gelombang laut menjadi energi listrik adalah mengakumulasi energi gelombang laut untuk memutar turbin generator. Karena itu sangat penting memilih lokasi yang secara topografi memungkinkan akumulasi energi. Meskipun penelitian untuk mendapatkan teknologi yang optimal dalam mengkonversi energi gelombang laut masih terus dilakukan, saat ini, ada beberapa alternatif teknologi yang dapat dipilih. Adapun komponen utamanya yaitu :
1)   Piston hidrolik
Piston hidrolik adalah bagian yang berfungsi menjaga keseimbangan generator agar kedudukanya tidak terpengaruh oleh laju ombak yang bergerak.
2)      Turbin
Pada Prinsipnya turbin bekerja menerima energi (kinetik) dari angin dan merubahnya menjadi energi lain yang dapatdigunakan seperti listrik. Angin yang datang akan menumbuk sayap kipas (baling-baling) pada kincir angin, sehingga sayap kipas akan berputar. Kemudian sayap kipas akanmemutar memutar generator..
3)      Generator
Generator berfungsi untuk merubah energy mekanik yang berasal dari turbinmenjadi energy listrik. Generator inilah yang disebut konventer energi.




Gambar 2. Konverter Energi Gelombang Laut (Khan, et. al., 2017)

Konversi energi panas laut atau OTEC menggunakan perbedaan temperatur antara permukaan yang hangat dengan air laut dalam yang dingin, minimal sebesar 25°C agar bisa digunakan untuk membangkitkan listrik. Laut menyerap panas yang berasal dari matahari. Panas matahari membuat permukaan air laut lebih panas dibandingkan air di dasar laut. Hal ini menyebabkan air laut bersirkulasi dari dasar ke permukaan. Sirkulasi air laut ini juga dapat dimanfaatkan untuk menggerakkan turbin dan menghasilkan energi listrik. Gambar 1 adalah contoh sistem OTEC siklus tertutup.




Gambar 3. Sistem OTEC siklus tertutup (Khan, et. al., 2017)


2.3  Prospek Penerapan Energi Laut di Indonesia dalam Berbagai Aspek

2.3.1  Aspek Kualitas Energi
Aspek kualitas energi ini meliputi keberlanjutan dan daya tahan. Keberlanjutan adalah kriteria yang digunakan untuk mengukur kemampuan sumber energi untuk terus memasok energi kepada pengguna akhir. Daya tahan mengukur panjang periode di mana energi sumber daya dapat digunakan. Sumber energi terbarukan berbeda tingkat daya tahan; misalnya, daya tahan biomassa cenderung lebih rendah daripada sumber energi terbarukan lainnya, karena ketergantungannya pada musim, penggunaan lahan dan proses biologis itu dapat menyebabkan masalah yang tidak terduga.  

2.3.2  Aspek Ekonomi
Aspek eknomi meliputi biaya implementasi ini mengukur total modal yang diperlukan hingga sumber energi terbarukan mulai menghasilkan energi. Nilai ekonomi  untuk mengukur tingkat pengembalian modal untuk pembangkit energi terbarukan. Pembangunan instalasi energi laut terhitung lebih mahal dari instalasi energi lain. 
2.3.3  Aspek Teknologi
Teknologi untuk pemanfaatan energi laut sudah ada di beberapa negara. Di Indonesia sendiri masih kurang penelitian terkait energi laut. Berdasarkan data yang dihimpun dari Puslitbang Geologi Kelautan (PPPGL)  Kementerian ESDM disebutkan penelitian karakteristik arus laut telah dilakukan oleh PPPGL  diawali pada tahun 2005 berkolaborasi dengan Program Studi Oceanografi ITB. Pengukuran arus laut dilakukan menggunakan ADCP (Accoustic Doppler Current Profiler) di Selat Lombok dan Selat Alas dalam kaitan dengan rencana penyiapan lokasi dan instalasi untuk Turbin Kobold buatan Italia yang berkapasitas 300 kW di bawah koordinasi Kementerian Riset dan Teknologi.  Prototipe turbin pertama telah dibangun secara kemitraan bersama Kelompok Teknik T-Files ITB dan PT Dirgantara Indonesia, dengan mengadopsi dan memodifikasi model turbin Gorlov skala kecil (0,8 kW/cel). Perangkat pembangkit listrik ini selanjutnya telah diuji-coba di kolam uji PPPGL Cirebon dan tahun 2008, dilanjutkan dengan uji lapangan tahun 2009 di Selat Nusa Penida sehingga telah berhasil memperoleh proven design.

2.3.4  Aspek Lingkungan
Kriteria polutan digunakan untuk menilai jumlah polutan apa pun itu dipancarkan dari sistem produksi energi terbarukan; itu termasuk semua jenis pelepasan bahan berbahaya ke lingkungan, seperti CO2, limbah cair, dan limbah padat. Kebutuhan tanah dari sistem energi terbarukan sangat penting untuk dipertimbangkan, karena pengaruhnya yang kuat pada pilihan situs dan jumlah investasi. Jumlah pembuangan limbah yang dibutuhkan selama energi terbarukan produksi harus dipertimbangkan untuk mengukur dampaknya terhadap lingkungan dan jumlah modal yang diperlukan untuk menangani limbah pembuangan. Secara umum pemanfaatan energi laut sangat ramah lingkungan.




2.4   Kelebihan dan Kelemahan
Kelebihan energi laut antara lain tiidak menghasilkan gas rumah kaca ataupun limbah lainnya, tidak membutuhkan bahan bakar, biaya operasi rendah, dapat dikombinasikan dengan fungsi lainnya: menghasilkan air pendingin, produksi air minum, suplai air untuk aquaculture, ekstraksi mineral, dan produksi hidrogen secara elektrolisis. Sedangkan kelemahannya antara lain: bergantung pada ombak, efisiensi total masih rendah dan biaya pembangunan tidak murah.



III.             KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
1)      Berdasarkan aspek kualitas energi sangat prospektif untuk dikembangkan dan secara aspek lingkungan aman karena tidak mencemari lingkungan. Namun secara aspek eknonomi masih operlu dipertimbangkan karena biaya pembangunan instalasi yang mahal. Selain itu secara teknologi msh perlu dilakukan penelitian lebih lanjut karena efisiensi yang masih rendah.   
2)      Kelebihan energi laut antara lain tiidak menghasilkan gas rumah kaca ataupun limbah lainnya, tidak membutuhkan bahan bakar, biaya operasi rendah, dapat dikombinasikan dengan fungsi lainnya: menghasilkan air pendingin, produksi air minum, suplai air untuk aquaculture, ekstraksi mineral, dan produksi hidrogen secara elektrolisis. Sedangkan kelemahannya antara lain: bergantung pada ombak, efisiensi total masih rendah dan biaya pembangunan yang tidak murah.




REFERENSI


Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral http://ebtke.esdm.go.id/post/2016/04/14/1188/potensi.energi.laut.indonesia.menjanjikan (Diakses Pada Tangggal 13 Maret 2019 Pukul 11.00 WIB )

Khan, N., Kalair A., Abas N., and Haider A. 2017. Review of ocean tidal, wave and thermal energy technologies. Renewable and Sustainable Energy Reviews (72): 590–604

Purba, N.P., Kelvin J., Sandrob R., Gibran S., Permata R.A.I., Maulida F., Martasuganda, M.F. 2015. Suitable Locations of Ocean Renewable Energy (ORE) in Indonesia Region – GIS Approached. Energy Procedia (65): 230 – 238

Tasri, A., and Susilawati, A. 2014.  Selection Among Renewable Energy Alternatives Based On A Fuzzy Analytic Hierarchy Process In Indonesia. Sustainable Energy Technologies and Assessments (7 ): 3444



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pemanfaatan Lahan Marginal, Naungan dan Pasang Surut

Rotasi dan Penyusunan Pola Tanam

POLA TANAM (monokultur dan tumpang sari)