PIROLISIS BIOMASSA DAN PENYULINGAN BIO-OIL
PIROLISIS BIOMASSA DAN PENYULINGAN BIO-OIL
1.
PENDAHULUAN
Penggunaan bahan-bahan
dari sumber terbarukan (biomassa) untuk mengganti bahan bakar yang berbasis
minyak bumi dengan menjadi hal yang penting untuk dikembangkan. Salah satu
proses untuk pengolahan biomassa dalah pirolisis. Pirolisis biomassa
menghasilkan pembentukan bio-oil,
char, dan gas. Salah satu keuntungan utama dari memproduksi bio-oil adalah dapat diangkut dari unit
pemrosesan ke pembangkit listrik yang jauh atau ke kilang bio-oil. Maka dimungkinkan
untuk membuat model baru ekonomi biomassa yang terdiri dari unit pirolisis
terdistribusi yang terletak dekat dengan sumber daya biomassa dan pemurnian
terpusat dimana bahan bakar dan bahan kimia bernilai tinggi dapat diproduksi,
diambil keuntungan dari skala ekonomi. Keuntungan dari model baru ekonomi
biomassa ini adalah dapat memanfaatkan infrastruktur yang ada yang dibuat oleh
industri perminyakan.
2.
BIOMASSA
2.1 Komposisi Biomassa
Komposisi biomassa akan mempengaruhi hasil dan sifat dari bio-oil mentah, arang, dan gas-gas. Biomasa terdiri dari selulosa, hemiselulosa,
lignin, ekstraktif, dan bahan mineral (juga dikenal sebagai abu). Selulosa, hemiselulosa,
dan lignin adalah bio-polimer yang membentuk struktur dinding sel biomassa. Ekstraktif memberi bau, warna,
dan daya tahan kayu dan melindungi tanaman terhadap predator. Abu sebagai
katalis untuk reaksi polikondensasi yang mengarah ke pembentukan arang.
2.2 Reaksi pirolisis biomassa
Reaksi
dekomposisi termal primer (pirolisis) adalah reaksi yang berlangsung pada front
reaksi silinder ke arah inti dari partikel dengan kecepatan dipengaruhi oleh
ukuran partikel, konduktivitas termal biomassa, dan suhu lingkungan. Degradasi
termal selulosa pada suhu 259-312 oC. Degradasi termal hemiselulosa dimulai
pada suhu 200 °C. Degradasi
termal dari lignin terjadi pada suhu (200-600 ° C), mengakibatkan pembentukan
fenol monomer, guaiacol dan syringol, asam format, formaldehida, metanol,
karbon dioksida, dan air
2.3 Model Single-Particle
Dalam merancang
dan mengoperasikan reaktor pirolisis lebih efisien harus memahami degradasi termal partikel
biomassa. Konversi partikel biomassa
tunggal dikendalikan oleh sifat fisikokimia dan dimensi partikel biomassa serta oleh
kondisi reaksi (suhu reaktor, lingkungan, dan koefisien perpindahan panas eksternal). Total waktu konversi
dapat dihitung dengan model single-particle. Ada
tiga mekanisme pengendalian yaitu (1) pengendalian
perpindahan panas eksternal, (2) Pengendalian secara kinetik, dan (3) pengendalian perpindahan
panas internal. Mekanisme
pengendalian selama degradasi termal dari partikel biomassa tunggal dapat
diidentifikasi dengan tiga nomor berdimensi pada persamaan (i), (ii) dan (iii).
Nomor Biot: Bi = hR/ K ...............................
(i)
Nomor pirolisis: Py = K/(k ρ cp R2)
............. (ii)
Nomor pirolisis: = Py' h /(k ρ cp
R) .............. (iii)
dimana h
= koefisien perpindahan panas eksternal (J/s.m2.K)
R = jari-jari partikel (m)
K = konduktivitas termal biomassa (J /s.m.K)
k = laju termal biomassa- reaksi degradasi (1/s )
ρ = bulk density biomassa
(kg/m3)
cp = panas spesifik biomassa (J/g K)
2.4 Teknologi Pirolisis
Reaktor yang digunakan untuk biomassa pirolisis dapat
diklasifikasikan ke dalam pirolisis lambat
dan
pirolisis cepat.
a)
Pirolisis lambat
pirolisis lambat terjadi ketika laju pemanasan
kurang dari 10 oC/s, suhu pirolisis di bawah 500 oC, serta gas dan padatan tinggal di dalam reaktor untuk waktu yang lama. Hasil dari produk untuk teknologi ini adalah cairan 30%; arang,
35% dan gas, 35%. pirolisis lambat
biasanya mencapai efisiensi energi antara 20 dan 30 %.
b)
Pirolisis cepat
Reaksi ini
terjadi ketika laju pemanasan
laju antara 10 dan 10.000 oC/s. Dengan demikian, reaktor ini mampu mengkonversi
hingga 80% massa biomassa menjadi fase berminyak tunggal. Beberapa eaktor reaktor pirolisis cepatyang telah
dikembangkan yaitu (1) fluidized bed,
(2) circulating fluid bed, (3)
pirolisis ablatif, dan (4) pirolisis vakum.
3.
BIO-OIL
3.1 Bio-oil Mentah
Pirolisis cepat dapat
mengkonversi hingga 70% massa dari biomassa menjadi bio-oil mentah. Komposisi kimia dari bio-oil tergantung pada komposisi bahan baku, kondisi pirolisis,
dan peningkatan teknologi yang digunakan dalam produksinya. Komposisi unsur bio-oil secara anhidrat tidak terlalu
berbeda dibandingkan dengan bahan baku: kandungan karbon 44-47%, kandungan
hidrogen 6 sampai 7%, kandungan oksigen 46-48 %, dan kandungan nitrogen 0 sampai 0,2%.
Kandungan air biasanya antara 10 dan 30%. Beberapa sifat fisikokimianya yaitu kadar
air bio-oil bervariasi antara 5 dan
30% sedangkan densitas bio-oil 1,2 kali lebih tinggi dari air suling.
Struktur multifase minyak mentah bio-minyak dapat dikaitkan dengan adanya (1) partikel
char, (2) bahan lilin, (3) tetesan air, (4) tetesan ekstraktif dari senyawa,
(5) nanopartikel dari oligomer dalam matriks senyawa holocellose yang diturunkan, dan air.
Karakteristik campuran
minyak dan bio-oil mentah yang membuat bahan bakar sulit untuk digunakan adalah
tingkat pemanasan rendah, kandungan air yang tinggi, sulit tercampur dengan
bahan bakar yang berasal dari petroleum, suhu pengapian tinggi, pemisahan fasa,
tingginya kandungan padatan, viskositas relatif tinggi, volatilitas yang rendah,
ketidakstabilan kimia, konten alkali tinggi (tingginya kandungan K dan Na). Beberapa teknologi yang digunakan untuk meningkatkan
sifat bio-oil mentah antara lain
filtrasi gas panas, pembentukan mikroemulsi diesel/bio-oil, pencampuran dengan pelarut polar dan hidrogenasi atau uap catalytic cracking. Dari biomassa dapat juga menghasilkan produk berupa bahan
kimia. Ada 28% dari biomassa yang dapat dikonversi menjadi
bahan bakar transportasi. Selain itu dengan proses leih lanjut, 30 %
sampai 60 % dari bio-oil dapat dikonversi menjadi nafta. Produk lain adalah senyawa-seyawa kimia seperti
levoglukosan 30%, hidroksiasetaldehid 15%, asam asetat 10%, asam format 9% dan
lain-lain.
3.2 Penyulingan Bio-oil
Tujuan utama dari
penyulingan bio-oil (biorefinery) adalah untuk menghasilkan produk
bernilai tinggi volume rendah (High Volume
Low Value) dan nilai rendah volume tinggi (Low Value High Volume) produk berharga dengan biaya yang kompetitif menggunakan
serangkaian unit operasi. strategi pemisahan baru harus dikembangkan untuk
mengatasi sifat unik dari bio-oil.
Misalnya, kesulitan dis- mengolah bahan reaktif dengan kecenderungan untuk polimerisasi,
serta kurangnya produk yang layak dari biopitches, telah sering dikutip sebagai
hambatan terhadap distilasi.
4.
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa penerapan jalur
termokimia (pirolisis cepat–penyulingan bio-oil) sangat menjanjikan untuk
mengkonversi biomassa menjadi bahan bakar dan bahan kimia. Potensi penggunaan
minyak bio-oil sebagai sumber bahan
bakar dan bahan kimia tergantung pada kerjasama antara pusat-pusat penelitian
dan universitas, produsen bio-oil,
turbin gas/produsen mesin diesel, sektor energi dan kimia, dan investor
Sumber :
Ahindra Nag. 2010. Biosystems Engineering. Mc Graw Hill.
Komentar
Posting Komentar